Kiat Menulis Features: Gaya Narrative Writing (Bagian ke-3)

  • Share
Mohammad Nasir saat pemaparan materi ke peserta kegiatan Fellowship Jurnalisme Pendidikan yang diselenggarakan Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan

Edukasiindonesia.id – PENULIS feature dituntut mempunyai kemampuan menarasikan suatu kejadian atau keadaan yang dilihatnya sendiri atau berdasarkan interview yang sangat detil.

Carole Rich dalam bukunya memberi contoh feature berseri tulisan Tom French dari St. Peterburg (Fla.) Times. French menulis feature berseri tentang kasus pembunuhan yang sudah diadili di pengadilan.

Feature berseri hingga 10 tulisan itu ternyata mendapat sambutan luar biasa dari pembaca dan terkenal dengan sebutan “A Cry in the Night”. Dia memberi pengantar feature-nya sebagai berikut:

“Korban itu bukan orang kaya. Dia bukan anak perempuan dari seseorang yang sedang berkuasa. Ia hanya perempuan berusia 36 tahun yang berusaha menghidupi dirinya sendiri. Namanya Karen Gregory. Malam itu dia tewas terbunuh. Karen menjadi bagian dari angka statistik…Ini adalah apa yang dalam keseharian kadang-kadang dikatakan sebagai ‘pembunuhan kecil’.” 

French kemudian mengawali ceritanya dengan gaya naratif yang diambil dari keterangan sidang pengadilan dengan tersangka George Lewis yang sehari-hari bekerja sebagai pemadam kebakaran. Ia tinggal di seberang jalan rumah Karen Gregory yang tewas terbunuh. French mengawali feature-nya sebagai berikut:

BACA JUGA:   Pelepasan Peserta Fellowship Jurnalisme Pendidikan Batch IV 2022

Pengacaranya memanggil namanya. Ia berdiri dan meletakkan tangannya di atas Bible dan bersumpah akan mengatakan yang benar.

Ia duduk di tempat para saksi dan menghadap ke arah anggota juri sehingga mereka bisa melihat wajahnya, serta mempelajari pria macam apa dia sesungguhnya sebagai bahan pertimbangan untuk membantu pengambilan keputusan.

“Apakah kamu memperkosa Karen Gregory?” tanya pengacaranya.

“Tidak Pak. Saya tidak melakukan itu,”

“Kamu membunuh Karen Gregory?”

“Tidak Pak”

Dia mendengar jeritan malam itu, kata dia. Ia mendengarnya, lalu keluar rumah menuju jalan, melihat sekeliling.

Ia melihat orang yang tidak dikenal berdiri di halaman rumah Karen. Orang itu mengatakan akan pergi, dan meminta jangan menceritakan pada orang lain apa yang dia lihat.

Ia menunggu orang itu pergi—mengawasi dia pergi jauh kedalam kegelapan—dan kemudian ia pergi ke rumah Karen.

Ada pecahan kaca di depannya. Ia mengetuk pintu depan. Tidak ada jawaban. Ia mendapati jendela dalam keadaan terbuka.

Ia berteriak apakah ada yang memerlukan bantuan! Masih juga tidak ada jawaban. Ia melihat dari jendela yang terbuka melihat orang tergolek di lantai.

Ia memutuskan untuk masuk, ia memanjat kedalam dan menemukan Karen. Darahnya sudah mengalir kemana-mana.

Ia takut. Ia lari ke kamar mandi dan muntah. Ia tahu tidak akan ada orang yang percaya bahwa dia bisa sampai masuk dalam rumah itu dengan ada mayat Karen. Ia harus keluar dari sana.

Dia lari ke depan menuju jendela dan memanjat keluar ketika ia melihat sesuatu bergerak dalam kegelapan.

Ia mengira ada seseorang melompat ke arah dia. Kemudian ia tersadar bahwa ia sedang melihat kaca, dan hanya dirinya lah yang ada dalam kaca itu. Itu ternyata hanya bayangannya sendiri yang mengejutkan dirinya. Dialah George.   – Tom French, St Petersburg (Fla.) Times.

Tulisan tersebut terasa seperti sebuah novel misteri, namun ini cerita semuanya benar, berdasarkan hasil wawancara kurang lebih 50 orang dan 6000 halaman dokumen pengadilan. Gaya penulisan itu disebut tulisan narasi (narrative writing).

BACA JUGA:   Membuka Cakrawala, Menumbuhkan Asa: Apa Kata Peserta Journalism Fellowship on CSR? (3)

Narrative writing, suatu tulisan bertutur yang dramatik, merekonstruksi kejadian, untuk mengajak pembaca seakan-akan menjadi saksi atau menyaksikan kejadian yang sedang dituturkan penulisnya. (BERSAMBUNG….)

*Penulis ialah Sekretaris Jenderal Serikat Media Siber Indonesia, dan Penguji Uji Kompetensi Wartawan). Materi ini disampaikan penulis selaku pengajar dan mentor pada sesi mentoring peserta Fellowship Jurnalisme Pendidikan Angkatan IV yang diselenggarakan oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan, pada 16 Mei 2022.

  • Share