Kiat Menulis Features: Gaya Descriptive Writing (Bagian ke-4)

  • Share

Edukasiindonesia.id – PENULISAN dengan gaya diskripsi juga digunakan untuk menulis berita feature. Walaupun feature menggunakan diskripsi dan terasa seperti novel, bahan utamanya tetap serangkaian fakta (non-fiction), bukan fiksi seperti novel.

Contoh ini diambil dari feature berseri karya Tom French yang meraih hadiah Pulitzer 1998. Cerita berjudul “Angels and Demons” mengungkapkan penemuan mayat perempuan dengan gaya diskripsi:

Perempuan, mengapung, wajahnya menghadap ke bawah. Kedua tangannya terikat ke belakang punggung dan kakinya terikat. Tali warna kuning mengikat lehernya. Ia telanjang dari pinggang ke bawah.

Seorang pria dari Amber Waves (perahu layar) telah memberi tahu Penjaga Pantai melalui alat komunikasi, dan perahu penyelamat sudah diberangkatkan, dari tempat pangkalannya di Pelabuhan Bayboro Harbor di St Petersburg.

Awak Penjaga Pantai segera mengambil mayat, tetapi sulit mengangkatnya dari air. Tali yang mengikat lehernya, terikat sesuatu yang berat di bawah permukaan, sehingga sulit diangkat.

Mencatat koordinat dimana mayat ditemukan. Awak Penjaga Pantai memotong jalur, memasukkan mayat ke dalam kantung jenazah, menaikkannya ke dalam perahu, dan menuju kembali ke pangkalan. -– Tom French, St Petersburg (Fla.) Times.

Demikianlah gaya diskripsi yang menggambarkan suasana, keadaan, warna, bau,  rasa, cuaca, arah angin dan lainnya sehingga pembaca merasa diajak menyaksikan sendiri apa yang sedang kita tuturkan.

BACA JUGA:   Inilah 15 Wartawan Terpilih Peserta Fellowship Jurnalisme Pendidikan GWPP 2022

Gunakan diskripsi yang relevan dengan konten

Diskripsi juga jangan digunakan terlalu banyak, karena akan mengacaukan cerita. Jika terlalu sedikit diskripsi, pembaca juga tidak punya bayangan untuk masuk ke dalam cerita. Diskripsi biasanya untuk menggambarkan lokasi dan orang.

Penulisan gaya diskripsi biasanya juga dikombinasikan dengan narasi, dialog-dialog, analogi-analogi, plot, dan rekonstruksi kejadian seperti yang telah terjadi.  

BACA JUGA:   Mahasiswa UI Rancang “Paman Sandi”, Inovasi Pembelajaran Sastra Interaktif

Tetapi perlu diingat, walaupun penulis diberi kebebasan dalam menulis feature, ada rambu-rambu yang harus diperhatikan, antara lain menjunjung tinggi nilai kesopanan dalam berbahasa, tidak mengumbar kata-kata yang mengandung kebencian, tidak mengandung pornografi, dan tidak menyinggung suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Dan, tentu saja kita menggunakan bahasa yang baik dan benar.  (HABIS)

BACA JUGA:   Plt Dirjen Diktiristek Kemendikbud Prof Nizam Apresiasi GWPP

——

 *Penulis ialah Sekretaris Jenderal Serikat Media Siber Indonesia, dan Penguji Uji Kompetensi Wartawan). Materi ini disampaikan penulis selaku pengajar dan mentor pada sesi mentoring peserta Fellowship Jurnalisme Pendidikan Angkatan IV yang diselenggarakan oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan, pada 16 Mei 2022.

  • Share