Oleh: Mohammad Nasir*
Edukasiindonesia.id – FEATURE bisa dikatakan sebagai gaya menulis bebas, menggunakan gaya bahasa bertutur penulis sendiri. Meskipun bebas, penulis tidak boleh menyelipkan hoax, informasi palsu.
Biarkan keindahan feature itu alami, jangan dipoles dengan kata-kata yang tidak mengandung kebenaran. Feature bukan karya fiksi meskipun penulisannya boleh menggunakan gaya fiksi seperti novel. Feature adalah nonfiksi, berdasarkan fakta dan data.
Meskipun bertutur dengan bahasa sendiri, penulis feature tetap harus menjelaskan dari mana sumber informasi berasal. Sebutkan dengan kalau mengutip referensi, berita media, buku, atau catatan percakapan.
Teknik penulisan feature merupakan cara khusus untuk menulis ragam jurnalistik di luar berita langsung (straight news).
Ragam berita di luar straight news itu apa saja? Sebut saja tulisan mendalam (indepth report) yang mengungkapkan kedalaman persoalan, laporan investigasi (investigative reporting), berita ringan (soft news), dan profil tentang orang, ataupun lembaga.
Karena menulis feature adalah bagian dari jurnalistik, maka materi yang digunakan berasal dari berita yang diperoleh melalui kegiatan jurnalistik. Ramuannya adalah hasil wawancara, pengamatan, dan perpustakaan/referensi.
Unsur pertanyaan yang harus dijawab dalam feature sama dengan straight news, yaitu apa (what), kapan (when), siapa (who), dimana (where), mengapa (why), dan bagaimana (how). Rumusan pertanyaan yang terkenal dengan singkatan 5 W dan 1H.
Lebih dari 5W + 1H
Tetapi seringkali, feature tidak berhenti pada pertanyaan-pertanyaan tersebut. Apa yang harus dilakukan ke depan (what’s next) juga seringkali dituliskan supaya pembaca mengikutinya.
Format feature tidak mengenal piramida terbalik. Terserah penulis mana yang dinilai menarik untuk dijadikan lead (paragraf pertama), mana untuk bagian body (isi, uraian), dan mana bagian penutup. Jadi susunannya: judul, lead, body, penutup.
Lead yang ditulis setelah judul, merupakan paragrap pertama tulisan sangat menentukan apakan pembaca akan terus membaca sampai akhir atau cukup di lead saja. Karena itu, lead sebisa mungkin dibuat semenarik mungkin.

Pilih Unsur Luar Biasa sebagai Lead
Cermati di antara 5W dan 1H, kalau di antaranya ada yang paling menarik dan penting tulislah untuk lead.
Biasanya feature mengambil why atau how untuk lead. Akan tetapi tidak selalu demikian, tergantung unsur mana yang paling extraordinary.
Kalau unsur where dinilai paling luar biasa menarik dan terkenal atau luar biasa (extraordinary), bisa diambil sebagai lead. Misalnya, bom bunuh diri yang terjadi di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan pada Rabu, 31 Maret 2021.
Markas besar polisi sebagai unsur “tempat/where” sangat menarik untuk dijadikan lead, maupun judul. Dikatakan menarik karena yang kebobolan tersangka teroris ini markas polisi, bukan tempat kerumunan massa di jalan.
Jadi cerita ini dimulai dari mana saja tetap menarik, terutama dari unsur tempat kejadiannya. Misalnya saja, “Perempuan itu sebelum terkapar akibat bom yang diledakkan sendiri di halaman Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, ia menembaki pos penjagaan yang dijaga polisi bersenjata. Ketika itu orang-orang yang berada di dekat kejadian berlarian menghindar”. (BERSAMBUNG….)
*Penulis ialah Sekretaris Jenderal Serikat Media Siber Indonesia, dan Penguji Uji Kompetensi Wartawan). Materi ini disampaikan penulis selaku pengajar dan mentor pada sesi mentoring peserta Fellowship Jurnalisme Pendidikan Angkatan IV yang diselenggarakan oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan, pada 16 Mei 2022.