Oleh: M. Nasir*
MENJADI wartawan extraordinary, karyanya juga harus extraordinary. Kualitas dan jumlah karyanya luar biasa. Karyanya membawa terbang tinggi nama penulis dan medianya. Karyanya sebagai harga dirinya. Mumpuni, kompeten, bekerja ekstra keras, dan militan di bidangnya. Tidak mudah menyerah.
Sampaikan pesan dan karya hebat dari namamu secara berulang-ulang, terus-menerus sehingga membentuk karakter, stempel yang melegitimasi bahwa Anda menjadi bintang di bidang itu, meskipun bukan sarjana dalam bidang yang diliput dan ditulisnya itu.
Pada tahap awal wartawan memang harus generalis. Tahu banyak hal. Selanjutnya wartawan boleh memilih spesialis bidang apa saja, tetapi harus memilih salah satu supaya benar-benar menjadi spesialis.
Ajakan ini terasa terlalu umum dan bisa digunakan untuk menyemangati menjadi spesialis bidang apa saja. Memang pada dasarnya sama. Semua diawali semangat tinggi, bekerja tidak biasa-biasa saja, meluangkan waktu yang lebih banyak tanpa “hitung-hitungan”. Dan, berkarya sebanyak mungkin di bidang yang sama.
Wartawan muda biasanya masih bingung dalam mengawali dan memilih spesialisasi. Akan tetapi itu harus dimulai. Bidang apa sebaiknya? Terserah Anda. Pikirkan, tapi jangan lama-lama.
Karena begitu mengambil keputusan untuk sepesialis tertentu, harus selamanya tekun di situ. Bagaimana kalau pindah-pindah spesialis? Bisa saja, tetapi tidak akan menjadi spesialis.
Sebagai wartawan spesialis apakah tidak boleh menulis berita di luar bidangnya? Untuk memenuhi tugas redaksi boleh saja sebagai selingan, tetapi fokus perhatian tetap tidak meninggalkan spesialisasinya, dengan tetap menyiapkan materi tulisan yang sesuai spesialisasi yang menjadi minatnya.
Di sini saya mengajak Anda masuk menjadi wartawan spesialis pendidikan yang tidak sekadar spesialis, tetapi spesialis yang militan dan extraordinary.
Mungkin sampai pintu masuk ini, Anda masih mempunyai banyak keraguan. Keraguan itu manusiawi. Yang tahu pasti diri Anda sendiri di mana letak keraguan itu. Mungkin masih ada yang pikir-pikir ingin menjadi wartawan generalis atau spesialis yang lain.

Wartawan Spesialis Pendidikan
Mari kita coba menjadi wartawan pendidikan atau paling tidak menjadi wartawan peduli pendidikan. Anda dibutuhkan untuk menyuarakan dan mengamplifikasi, mengorkestrasi pendidikan melalui media. Dan, jutaan orang yang berada di dunia pendidikan serta masyarakat yang punya kepentingan dengan pendidikan akan membaca dan menyebarluaskan, memviralkan, tulisan Anda.
Hampir seluruh penduduk Indonesia berkepentingan dengan pendidikan karena banyak yang sepakat bahwa pendidikan adalah human capital, tangga untuk menaiki derajat kehidupan.
Pendidikan selalu menarik, tidak kalah dengan politik dan bidang lainnya. Akan tetapi, ini bergantung pada bagaimana wartawan menyajikan informasi secara menarik, bagaimana memilih sudut pandang, dan memilih informasi sesuai kebutuhan masyarakat.
Batas dan Ruang Lingkup
Bicara pendidikan, cakupannya sangat luas. Akan tetapi dalam keluasan itu kita harus memahami ruang lingkupnya, karena semua bidang ilmu pengetahuan mengenal batas dan ruang lingkupnya sendiri. Ilmu pendidikan yang dipelajari di fakultas ilmu pendidikan semua membahas pendidikan.
Teori dan praktik pendidikan diterapkan di seluruh jenjang: pendidikan usia dini, sekolah dasar, menengah, dan perguruan tinggi. Belum termasuk pendidikan luar sekolah dan non-formal, pendidikan yang terkait dengan profesi dan keterampilan tertentu.
Keluasan dunia pendidikan bagaikan hutan yang luas. Seluas-luasnya hutan ada batasnya. Sebagai wartawan tidak boleh terperangkap dalam satu sudut keluasan di dalamnya. Banyak wartawan di desk pendidikan yang terperangkap hanya menulis itu-itu saja, seputar penerimaan siswa dan mahasiswa baru atau rayoninasasi masuk sekolah.
Selain materi pendidikan yang sangat banyak, dalam cara penulisan satu topik pendidikan pun dapat menggunakan aneka ragam jurnalistik dengan beragam angle. Misalnya, menulis berita pendidikan dengan ragam berita langsung, kemudian feature dengan tulisan mendalam, maupun dilanjutkan dengan laporan investigasi yang mampu mengungkap informasi yang lebih dalam. Pemberitaaan pembelajaran jarak jauh di masa pandemi Covid-19, misalnya dapat ditulis secara komprehensif dari berbagai dampaknya, termasuk hilangnya masa belajar.
Karena luasnya bidang pendidikan, wartawan pendidikan dipersilakan memilih bidang atau pencabangan-pencabangan, jurusan, jenjang pendidikan, atau mata pelajaran-mata pelajaran/mata kuliah, atau bahkan memilih kurikulum/silabusnya saja. Boleh saja seorang wartawan pendidikan menulis bidang kurikulum secara terus menerus, mulai dari perencanaan pembuatannya, pelaksanaan di sekolah-sekolah, atau pun dampak perubahan kurikulum.
Spesialisasi bidang pendidikan juga bisa diambil dari bidang-bidang yang diberlakukan dalam sistem pendidikan nasional yang sudah diterapkan secara terstruktur oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Misalnya kita bisa memilih menjadi spesialis menulis pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, atau pendidikan tinggi. Atau memilih menulis pendidikan secara umum yang luas itu, kalau merasa takut bosan.
Pelajaran sejarah juga menarik untuk ditulis, terutama menyangkut konten dan objektivitasnya, serta problem-problem lainnya. Masih banyak lagi, seperti pelajaran bermacam-macam teknologi yang dikaitkan dengan dunia kerja dan hasil produksi yang dibutuhkan masyarakat. Misalnya teknologi pangan, industri kimia, dan lain-lain.
Belum lagi menulis tentang content knowledge dalam dunia pendidikan itu sendiri seperti sistem pendidikan, kurikulum, sekolah, universitas, tenaga pengajar, pengajaran, siswa/mahasiswa, assessment, budaya sekolah (school culture), dan lain-lain. Content knowledge harus dikuasai.
Selama mengikuti kegiatan Fellowship Jurnalisme Pendidikan yang diselenggarakan oleh GWPP ini, para peserta akan mendapatkan pembekalan content knowledge tentang pendidikan dari sejumlah narasumber yang berkompeten dan otoritatif di bidang mereka. Selebihnya yang lebih luas silakan gali sendiri lewat membaca atau wawancara sumber ahli.
Istilah-istilah khas pendidikan juga harus dikuasai supaya tulisan kita terasa membumi dengan spesialisasi yang sedang kita tempuh. Misalnya, istilah curriculum, hidden curriculum, co-curricular, school culture, assessment, 21st Century Skill, portfolio, multicultural education, equity, dan lain-lain.
Kemampuan Mambangun Jejaring
Untuk menjadi wartawan pendidikan yang sukses, diperlukan kemampuan membangun jejaring. Semakin luas jejaring, karyanya semakin berwarna, punya cakrawala luas, dan demokratis. Jejaring di sini adalah daftar sumber berita, daftar relasi yang bisa diwawancarai kapan pun. Ukuran berapa banyak relasi sumber berita yang kita punyai? Tentu saja sebanyak-banyaknya, semakin banyak akan semakin baik. Dalam uji kompetensi wartawan ditetapkan sedikitnya peserta dapat membuat daftar jejaringnya 20 orang, berikut nama, jabatan, dan nomor teleponnya.
Semua narasumber diharapkan memudahkan kerja wartawan dan menjadikan beritanya lebih baik. Menampilkan tulisan hanya bersumber dari satu narasumber, apalagi berulang-ulang dalam sepekan pasti membosankan pembaca. Usahakan dalam satu tulisan sedikitnya tiga narasumber yang diwawancarai guna mendukung pengamatan lapangan dan perpustakaan. Akan tetapi jika narasumber masih kurang, harus ditambah lagi. Semakan banyak narasumber, tulisan semakin berwarna, memberi banyak alternatif dan perspektif.
Lalu siapakah yang menjadi narasumber bidang pendidikan? Semua orang yang bergerak di bidang pendidikan bisa menjadi jejaring sumber berita. Para pejabat di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di seluruh tanah air kalau mereka menguasai persoalan bisa dijadikan relasi sumber berita.
Para kepala sekolah di semua tingkatan, semua rektor, para dekan, dosen, kiai yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam, atau para pimpinan sekolah keagamaan lainnya, komite sekolah, guru bidang studi, lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang pendidikan, persatuan guru, forum rektor, para ahli bidang pendidikan di universitas/fakultas pendidikan, pengamat pendidikan, pemerhati pendidikan.
Bahkan presiden, menteri pendidikan, gubernur, bupati, dan orang-orang di Dewan Perwakilan Rakyat di pusat maupun di daerah yang punya kebijakan dan suara dalam memajukan pendidikan juga bisa kita dekati sebagai narasumber di bidang pendidikan.
Namun jangan lupa, untuk bisa memunyai banyak relasi, wartawan juga harus punya kemampuan komunikasi yang baik untuk mendekati narasumber dan menjadikannya sebagai relasi yang siap kapan saja diwawancarai. Wartawan harus memiliki kemampuan personal dalam bergaul.
Usulan Liputan
Setelah bekal pengetahuan tentang pendidikan cukup, wartawan merancang usulan meliput/menulis berita pendidikan untuk disampaikan dalam rapat redaksi yang dihadiri editor, redaktur pelaksana, dan/atau pemimpin redaksi.
Kalau tidak ada rapat bagaimana? Kalau tidak ada mekanisme rapat sampaikan saja langsung kepada editor atau pemimpin redaksi. Kalau tidak bertemu, cukup sampaikan lewat email atau aplikasi yang ada di smartphone supaya terjadi komunikasi. Komunikasi dalam internal redaksi itu juga sangat penting. Wartawan harus pandai bergaul, di luar kantor maupun di kantor sendiri bersama kawan sekerja maupun pemimpin media.
Usulan liputan bisa berasal dari ketajaman wartawan sendiri melihat persoalan pendidikan yang menyangkut kepentingan orang banyak, bisa juga dikembangkan dari berita pendidikan yang sedang ramai, dan bisa juga melihat kebijakan pendidikan global yang kemungkinan berdampak terhadap pendidikan dalam negeri, atau kebijakan pendidikan yang baru diumumkan pemerintah. Banyak isu pendidikan yang bisa diusulkan untuk liputan.
Sampaikan pentingnya rencana pemberitaan yang kita usulkan, tentukan sudut pandang atau angle, sebutkan sejumlah narasumber yang akan diwawancarai, sebutkan waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan sampai selesai, dan tentu saja sampaikan dana liputan kalau diperlukan. Bila perlu sampaikan potensi iklan yang kemungkinan masuk mendampingi tulisan yang Anda usulkan. Banyak barang dagangan yang menjadi kebutuhan pendidikan yang diiklankan bersamaan dengan terbitnya tulisan pendidikan yang berkualitas.
Dalam usulan liputan sertakan pula rencanakan gambar/foto, statistik, dan peta (kalau diperlukan) untuk mendampingi tulisan. Dan, jangan lupa riset sederhana, seperti mencari latar belakang persoalan yang akan ditulis, bisa mencari kliping, atau lewat mesin pencari di internet.
Presentasikan usulan Anda dalam rapat redaksi dengan jelas dan menarik. Tunjukkan dalam rapat bahwa Anda menguasai persoalan dan memahami betul liputan yang sedang diusulkan. Pertahankan usulan dalam rapat, dengan volume suara yang lantang supaya didengar, para peserta rapat kemudian menyadari bahwa usulan Anda sangat penting, lebih penting daripada yang lain.
Hasil liputannya sampaikan lagi dalam rapat redaksi, kalau ada mekanisme rapat penentuan pemuatan berita. Rebut halaman satu kalau Anda bekerja di surat kabar atau rebut posisi berita utama di kanal media online. Sampai di sini Anda akan dibilang teman-teman Anda sebagai wartawan pendidikan yang militan, karena gigih menyampaikan usulan dan gagasan, serta mampu merebut halaman-halaman strategis.
Model usulan liputan seperti itu juga bisa diterapkan ketika kita mengusulkan rubrikasi atau kanal pendidikan. Dalam Menyusun rubrikasi wartawan bisa melakukan mem-breakdown satu topik berita langsung atau feature menjadi lebih dari dua tulisan terkait di bawahnya.
Kalau di surat kabar, kita bisa meminta satu halaman penuh untuk memuat rubrik pendidikan kita, ditambah foto, atau statistik pendukung. Di media siber, wartawan juga bisa menulis di kanal-kanal yang sudah disiapkan.
Menjadi Celebrity Journalist
Wartawan spesialis pendidikan juga akan dikenal di kalangan dunia pendidikan. Ada puluhan juta peserta didik di negeri ini, ada jutaan guru, dosen, komunitas pendidikan, dan para pegawai di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan menjadi pembaca tulisan Anda. Mereka juga akan mengenal Anda sebagai wartawan pendidikan. Maka tulislah pendidikan semenarik mungkin.
Pilihlah materi dan angle yang menarik. Menarik, bukan berarti semata-mata menulis berita kasus yang buruk tentang pendidikan. Menulis hal yang baik-baik juga menarik. Misalnya menulis sekolah SD tertua di Jakarta, itu juga menarik. Ribuan alumninya akan membacanya. Keterbacaan tulisan akan meningkat dan page view pun akan meningkat. Maka bersiap-siaplah menjadi celebrity journalist. Anda akan menjadi narasumber di bidang pendidikan.
Untuk mencapai tingkat celebrity journalist, Anda harus menulis sesering mungkin, dan semenarik mungkin baik materi maupun bahasanya. Tulislah nama Anda dengan byline. Selamat berkarya dan menjadi wartawan pendidikan yang militan dalam memajukan dunia pendidikan.
———
*Penulis ialah wartawan Kompas (1989-2018) dan mentor Fellowship Jurnalisme Pendidikan-Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (FJP-GWPP). Materi ini disampaikan dalam pelatihan Program FJP Angkatan IV 2022 GWPP, Rabu, 23 Februari 2022.