Kiat Keluarga Imigran Mengatasi Kendala Pembelajaran Jarak Jauh Saat Lockdown

  • Share
Erika Annisa Mustika mengusulkan ada ari kesejahteraan satu hari dalam seminggu untuk membantu keluarganya selama penguncian. (Kredit: ABC News/Dok Pribadi)

AUSTRALIA

Kiat Keluarga Imigran Mengatasi Kendala Pembelajaran Jarak Jauh Saat Lockdown

PANDEMI COVID-19 mempengaruhi cara belajar para siswa  bukan hanya di Indonesia, akan tetapi juga di seluruh dunia.  

Di Sydney dan Melbourne, Australia, fenomena tersebut  juga bukanlah pengecualian.  Pandemi Covid-19  telah membuat Pemerintah Australia memberlakukan kebijakan lockdown atau penguncian yang berlarut-larut.  

Seperti dilansir abc.net.au, kebijakan tersebut  dilaporkan membuat banyak orang tua merasa cemas tentang dampak pembelajaran jarak jauh  (PJJ) pada pendidikan anak-anak mereka.

Dengan berlakunya kebijakan penguncian, maka sekolah harus dilakukan di rumah saja. Dan bagi keluarga migran, hal itu bisa sangat  mempersulit keadaan,  karena para siswa yang berasal dari keluarga imigran memiliki hambatan bahasa dan budaya yang menyulitkan orang tua mereka untuk mengikuti kurikulum PJJ tersebut.

Situasi ini menyebabkan beberapa orang tua mencari solusi di luar sistem sekolah.

Jin Hua, misalnya,  telah mengeluarkan sejumlah dana untuk mengatur les privat bagi putrinya, yang sedang mempersiapkan ujian  Victorian Certificate of Education (VCE),  dalam bahasa China dan biologi di sebuah sekolah negeri di Melbourne. VCE sendiri merupakan salah satu ujian wajib bagi siswa sekolah menengah yang berhasil menyelesaikan tahun 11 dan 12 di negara bagian Victoria, Australia.

Jin Hua khawatir tentang ujian VCE putrinya yang akan datang. (Kredit: ABC News: Jason Fang)

Jin, single parent yang berimigrasi dari China pada 2004 dan memiliki kesulitan mendengar, khawatir kurang akrabnya dia dengan sistem pendidikan Victoria telah menempatkan sang putri pada posisi kurang menguntungkan.

Jin mengatakan ia mengalami kondisi sangat sulit selama penguncian. Dia merasa tidak siap untuk membantu putrinya saat dia belajar di rumah.

BACA JUGA:   Memelihara Bom Waktu

“Rasanya (putri saya) lahir pada waktu yang salah untuk menanggung banyak kesulitan ini,” kata Jin.

“Saya selalu memberi tahu putri saya bahwa sangat sulit untuk membesarkannya sendirian, dan terserah pada dirinya sendiri untuk membuka jalan bagi masa depan dan takdirnya sendiri.”

Jin bukanlah satu-satunya yang mencari bantuan tambahan.  Sebuah perusahaan di Sydney  kepada ABC News mengaku  ada peningkatan permintaan tutorial selama pandemi. Adapun siswa yang menghadiri kelas tutorial selama penguncian dilaporkan juga lebih banyak dari biasanya.

Han Wenzhu, guru yang telah mengajar di sekolah negeri dan swasta di Australia selama lebih dari 15 tahun, mengatakan beberapa keluarga migran mungkin merasa cemas atas proses belajar anak mereka selama penguncian.

“Berjuang untuk posisi teratas ATAR (Australian Tersier Admissions Rank, peringkat dalam kelompok) menimbulkan tekanan mental bagi banyak orang tua dan siswa migran,” kata Han.

Keluarga besar, tantangan besar

Whitney Tavu’i-leota, petugas penghubung komunitas di Cabramatta High School di barat daya Sydney, mengatakan bahwa penduduk Kepulauan Pasifik membentuk sekitar 11% dari kelompok siswa di wilayah itu.

Dia mengatakan transisi ke pembelajaran jarak jauh sulit bagi beberapa siswa yang berasal dari Kepulauan Pasifik.

“Beberapa dari mereka tinggal dengan keluarga besar, jadi berusaha menemukan ruang belajar yang tenang yang tersedia bagi mereka [sulit],” kata Tavu’i-leota.

Pembelajaran jarak jauh telah menjadi tantangan khusus bagi keluarga yang tidak memiliki akses mudah ke laptop atau wi-fi di rumah.

“Saya memiliki satu keluarga yang memiliki tiga anak di sekolah menengah, dan mereka berbagi satu laptop dan yang lainnya menggunakan ponsel mereka,” kata Tavu’i-leota.

Untuk membantu keluarga-keluarga tersebut, SMA Cabramatta telah menyediakan laptop atau perangkat wi-fi saku bagi para siswa di Kelas 12 jika mereka membutuhkannya.

BACA JUGA:   Bukan hanya Siswa, Tekanan mental pun Marak Melanda Kalangan Guru di Singapura Selama Pandemi

Siswa yang lebih muda telah diberikan hardcopy materi pembelajaran untuk digunakan selama penguncian.

Tavu’i-leota, yang berdarah campuran Samoa dan Polandia, mengatakan dia bersimpati dengan keluarga Kepulauan Pasifik.

Sejak penguncian terakhir, Agustus lalu, dia telah bekerja dari rumah yang dihuni oleh 10 anggota keluarga.

“Rumah saya bisa menjadi sangat kacau pada beberapa hari dan saya memiliki  anak-anak kecil yang ingin masuk dan mengisi waktu saya,” katanya.

Tavu’i-leota mengatakan adalah penting untuk mengingatkan keluarga “kita semua bersama-sama”, dan kadang-kadang ia merasa kewalahan.

“Ini hanyalah pekerjaan yang sedang berjalan. Anda harus mencoba dan menemukan keseimbangan.”

Membantu orang tua

Pengalaman tidak jauh berbeda dialami dua dari empat anak Erika Annisa Mustika, yang  terjebak di rumah melakukan pembelajaran jarak jauh selama penguncian di Melbourne.

Mustika, yang juga seorang dokter umum,  asal Indonesia, mengatakan tantangan terbesarnya adalah menyatukan pendidikan anak-anaknya yang berusia 6 dan 11 tahun dengan pekerjaan rumah tangga.

Teks: Erika Annisa Mustika mengusulkan ada ari kesejahteraan satu hari dalam seminggu untuk membantu keluarganya selama penguncian. (Kredit: ABC News/Dok Pribadi)

“Tuntutannya sangat tinggi. Saya harus mengikuti jadwal sekolah setiap saat, memeriksa kapan harus bertemu guru, pekerjaan rumah apa yang ada, kapan dan apakah pekerjaan rumah sudah diserahkan,” katanya.

“Saya melakukan segalanya dengan suami saya sendiri karena kami tidak memiliki keluarga besar di sini.”

Mustika berharap pemerintah Australia akan mengalokasikan satu hari dalam seminggu sebagai “hari kesejahteraan” untuk membantu orang tua dan anak-anak yang berjuang selama pandemi.

“Yang saya rasakan… adalah kelelahan, karena melihat layar komputer setiap hari, yang sangat mempengaruhi kesehatan mental baik anak-anak maupun orang tua,” ujarnya.

BACA JUGA:   Ujian Bagi Siswa SD Dihapus, Anak Usia Dini Diharapkan Lebih Sehat dan Bebas Stres

“Jika ada, katakanlah, Hari Kesejahteraan Nasional, ada hari dalam seminggu di mana kita semua dibebaskan dari aktivitas online dan didorong untuk tidak menggunakan screen time di rumah.”

Orang tua didesak untuk mempercayai sekolah

Pemerintah Victoria yang telah mengalokasikan dana tambahan untuk sekolah umum untuk mempekerjakan tutor yang memenuhi syarat  agar membantu siswa yang tertinggal selama pembelajaran jarak jauh.

Pememrintah disebut juga telah menerapkan langkah-langkah pembelajaran jarak jauh untuk membantu siswa yang beragam secara budaya dan bahasa.

“Ini termasuk kelanjutan pelajaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa Tambahan (EAL) dan pekerjaan pembantu bikultural dalam mendukung siswa dan keluarga mereka,” kata Juru Bicara Departemen Pendidikan dan Perdagangan Australia kepada ABC News.

“Di mana siswa dari latar belakang Bahasa dan budaya berbeda dianggap rentan, mereka dapat menghadiri sekolah di tempat.”

Di Sekolah Dasar Abbotsford, salah satu dari sedikit sekolah dwibahasa Tionghoa-Inggris di negara bagian, Kepala Sekolah Stanley Wang telah menggunakan dana tambahan pemerintah untuk menyiapkan program bimbingan belajar di sekolah bagi siswa yang belajar bahasa Inggris, Matematika, dan Mandarin.

Dia mengatakan inisiatif telah berhasil dan mendesak orang tua untuk mempercayai staf sekolah.

“Jika kesejahteraan siswa didukung dengan baik di rumah, saya pikir orang tua harus memiliki kepercayaan di sekolah dan menyerahkan sisi kemajuan akademik pada profesionalisme guru,” katanya.

Tapi Wang mengatakan orang tua tetap dapat memainkan peran penting dalam membantu anak-anak “membangun rutinitas” dan “menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar”.

“Khususnya ketika kita berbicara tentang pembelajaran jarak jauh, orang tua memiliki kesempatan – dan juga tanggung jawab – untuk memainkan peran yang lebih aktif daripada sebelumnya,” katanya.

Penulis asli: Jason FangMarian Faa, Hellena Souisa

Editor: Haryo P Dwiatmoko

Sumber asal: https://www.abc.net.au/news

  • Share